KUALITAS MANUSIA

>> Friday, May 1, 2009

Segala puji bagi Allah SWT, Pencipta manusia.
Dia-lah yang telah membentangkan bumi.
Dia juga yang membuat sungai mengalirkan air dan menumbuhkan tumbuhan di dataran dan pegunungan.
Ketunggalan-Nya tak berawal dan Keabadian-Nya tak berakhir.
Dia adalah Yang Awal dan Yang Dahulu (Qadim).
Keabadian-Nya tanpa batas.
Dahi-dahi sujud dihadapan-Nya sementara bibir-bibir mengucapkan keesaan-Nya.
Dia-lah yang menetapkan batas-batas bagi segala sesuatu pada saat Dia menciptakan sesuatu itu dan menjauhkan diri-Nya dari keserupaan dengan apa pun.
Imajinasi tak mungkin membayangkan-Nya.
Tentang Allah tak mungkin dikatakan “dari mana” dan mustahil Dia dikenai batas waktu dengan mengatakan “sampai”.
Dia Nyata meski tak mungkin dikatakan “dari apa”.
Dia gaib meski tak mungkin dikatakan “dalam apa”.
Dia bukanlah raga yang bisa mati, juga tidak terhalangi sehingga dikelilingi tabir.
Dia tidak dekat dengan segala ssesuatu melalui kontak fisik juga tidak jauh dari mereka melalui keterpisahan.
Pandangan dan tatapan muka manusia tidak tersembunyi dari-Nya, begitu pula kata-kata yang diucapkan mereka, penglihatan, langkah kaki di kegelapan malam maupun saat matahari memancarkan sinarnya.
Eksistensi-Nya mendahului segala titik terjauh, batas dan juga setiap perhitungan.
Dia tak mungkin dikenai ukuran maupun batas.
Tak mungkin dibatasi atau tinggal di suatu tempat kediaman karena batas diperuntukan bagi makhluk-Nya.
Dia menciptakan segala sesuatu bukan dari materi abadi juga bukan dengan mengikuti model yang sudah ada.
Dia menciptakan apapun dan kemudian memberikan batas kadar untuk ciptaan-Nya.
Dia membentuk apapun dan memberi sebaik-baik bentuk kepada yang dibentuk-Nya itu.
Tak ada yang dapat menentang otoritas-Nya.
Ketaatan makhluk sama sekali tak ada manfaat bagi-Nya.
Pengetahuan-Nya tentang yang mati di masa lalu sama dengan pengetahuan-Nya tentang yang masih hidup.
Pengetahuan-Nya mengenai apapun yang ada di langit-langit tinggi sama dengan pengetahuan-Nya mengenai apapun yang ada di bumi.
Manusia telah diciptakan dengan sepantas-pantasnya, telah diberi rezeki dan dipelihara sejak kegelapan rahim yang banyak tabirnya.
Manusia diciptakan dari saripati tanah dan diletakkan di sebuah tempat yang kokoh sampai waktu yang ditentukan.
Saat dalam rahim, disebut embryo, dia tidak dapat menjawab panggilan.
Kemudian Allah mengeluarkannya ke sebuah tempat yang belum pernah dilihat.
Saat itu ia tidak tahu bagaimana mendapatkan manfaat dan tidak tahu siapa yang memandu untuk mendapatkan rezeki.
Ia juga tidak mengerti kebutuhan, penilaian dan lokasi tujuan.
Tapi kemudian ia MELAMPAUI BATAS dan merasa diri SERBA CUKUP.

Sesungguhnya kalau orang tidak dapat memahami KUALITAS-KUALITAS DIRINYA sebagai makhluk yang diberi bentuk dan anggota badan maka dia semakin tidak mampu memahami KUALITAS SANG PENCIPTA.

(Oleh Dicky Adi Prihadi @ Discussion Board)

0 comments:

Total Pageviews

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP