Iri Tiada Henti..

>> Wednesday, May 27, 2009

Iri Tiada Henti

Ada seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya.
Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya.
Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada seorang pejabat.
Iri dengan status pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat.

Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik matahari.
Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah menjadi matahari.
Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah awan hitam menyelimutinya.
Iri dengan selubung awan, tiba-tiba ia berubah menjadi awan.
Ketika ia sedang berarak di langit, angin menyapunya.
Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi angin.

Ketika ia sedang berhembus, ia tak kuasa menembus gunung.
Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi gunung.
Ketika ia sedang bertengger, ia melihat ada orang yang memecahnya.
Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemecah batu.
Ternyata itu semua hanya mimpi si pemecah batu.

Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah.
Kehidupan ini baik-baik saja kok... sampai Anda mulai membanding-bandingkan.

Kata Sang Guru: "RASA BERKECUKUPAN ADALAH KEKAYAAN TERBESAR."
Pengejaran KEUNTUNGAN, KETENARAN, PUIAN, dan KESENANGAN bersifat TIADA AKHIR karena roda kehidupan terus berputar, silih berganti dengan KERUGIAN, KETIDAKTENARAN, CELAAN, dan PENDERITAAN.
Inilah DELAPAN KONDISI DUNIAWI yang senantiasa mengombang-ambingkan kita sepanjang hidup.

Kebahagiaan terletak pada KEMAMPUAN untuk MENGEMBANGKAN PIKIRAN dengan SEIMBANG, TIDAK MELEKAT terhadap DELAPAN KONDISI DUNIAWI.
Boleh-boleh saja kita menjadi kaya dan terkenal, namun orang bijaksana akan hidup tanpa kemelekatan terhadap delapan kondisi duniawi. KEBEHAGIAAN SEJATI TIDAKLAH TERKONDISI OLEH APAPUN.
Be Happy!

Oleh Syafrudin Yahya @ Discussion Board

from kata2 hikmah..

Read more...

TIME IS LIFE

>> Tuesday, May 26, 2009

Kadang kita begitu menyia-nyiakan waktu,
padahal waktu adalah kehidupan itu sendiri,
dan kita sepertinya diberi waktu yang banyak oleh Sang Pencipta,
sehingga kitapun kadang perlu 'membunuh' atau 'membuang' waktu.
Tanpa sadar akhirnya waktu untuk kita sudah berakhir, the end of life .
TIME IS LIFE, WAKTU ADALAH KEHIDUPAN,
SIAPA MENYIA-NYIAKAN WAKTU, DIA MENYIA-NYIAKAN KEHIDUPAN

Ada baiknya kita renungkan apa yang disampaikan oleh Andre Wongso:

WAKTU
Tak seorang pun tahu kapan "WAKTU" mulai bergerak
Dan entah kapan sang "WAKTU" berhenti berjalan
Yang pasti sampai detik ini "DIA" terus bergerak dan terus bergulir
Entah Anda menghargai "WAKTU" dengan memanfaatkan sebaik-baiknya
Atau selalu menyia-nyiakan "WAKTU" dengan aktivitas yang tidak bermanfaat
"DIA" tetap diam dan terus berjalan tanpa memihak kepada siapa pun Tanpa membantu siapa pun
Tetapi "DIA" bernilai untuk siapa pun
"DIA" tidak pernah kalah dan tidak akan usang
"DIA" selalu baru, selalu segar dan tegar

Hanya kitalah sebagai manusia
Lambat atau cepat pasti akan termakan oleh proses sang "WAKTU"
"WAKTU" untuk kehidupan seorang anak manusia
Tidak lama dan sangat terbatas
Maka sepantasnya harus kita isi kehidupan ini
Dengan "PRODUKTIVITAS" yang sangat bermanfaat
Baik bagi diri pribadi dan bagi manusia-manusia lainnya

Kesadaran akan "NILAI WAKTU" harus selalu diingatkan
Dipelihara dengan rasa syukur yang besar terhadap "SANG PENCIPTA"
Dengan demikian kita akan menghargai nilai keberadaan "SANG WAKTU"
Dan nilai-nilai diri kita sebagai manusia sehingga kita akan Selalu berusaha untuk dapat menikmati "PROSES WAKTU" itu
Dengan kualitas kehidupan yang makin lama makin indah
Nikmat, bahagia dan sangat berarti

Nikmati "WAKTU"mu yang masih ada...!!!
Hargai "WAKTU"mu yang masih tersisa...!!!

Sumber: Waktu oleh Andrie Wongso

Read more...

Amanah Terbesar

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” (72) sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat oragn-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (73) (Al-Ahzab / 33 : 72-73)

Sesungguhnya langit, bumi, dan gunung—yang dipilih al-Qur’an untuk dibicarakannya—adalah makhluk yang sangat besar, dimana manusia hidup di dalamnya atau di bawahnya sehingga ia tampak kecil dan lemah. Makhluk-makhluk tersebut mengenal Penciptanya tanpa upaya, dan serta merta memperoleh petunjuk tentang undang-undang yang mengaturnya sesuai penciptaan, pembentukan, dan sistemnya. Mereka menaati undang-undang Sang Pencipta secara langsung, tanpa melalui perenungan dan tanpa media. Mereka bergerak sejalan dengan undang-undang tersebut secara konstan, tanpa melenceng dan tanpa membangkang dalam menjalan perannya. Mereka menjalankan tugasnya menurut hukum penciptaan dan karakternya tanpa melibatkan emosi dan pilihan bebas.

Matahari berputar pada porosnya dengan perputaran yang sistematis, tanpa pernah melenceng dari sistem. Ia memancarkan cahayanya, untuk menjalankan tugas yang telah dimandatkan Allah padanya. Ia menarik satelit-satelitnya bukan didasari keinginan dalam dirinya, melainkan untuk menjalankan tugas kosmiknya secara sempurna.

Bumi ini berputar pada rotasinya, mengeluarkan tanamannya, menghasilkan makanan untuk para penghuninya, dan memancarkan mata airnya. Semua itu selaras dengan sunnatullah tanpa ada kehendak darinya.

Bulan, bintang, dan planet, angin dan awan, udara dan angin, gunung dan lembah, seluruhnya menjalankan perannya dengan seijin Tuhannya, mengenal Penciptanya, dan tunduk kepada kehendak-Nya tanpa didasari kehendak bebas. Tanpa mengerahkan tenaga, tanpa susah payah, dan tanpa usaha. Mereka takut menerima amanah tugas, amanah kehendak, amanah pengetahuan personal, amanah usaha khusus.

“Dan dipikullah amanat itu oleh manusia..”

Manusia mengenal Allah dengan nalar dan perasaannya, menemukan petunjuk kepada undang-undang-Nya melalui perenungan dan pengamatan, berbuat mengikuti undang-undang dengan usaha dan jerih payahnya, menaati Allah dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab, menahan tendensi penyimpangan, melawan egonya dan syahwatnya dengan upayanya. Di setiap tindakan ini ini, manusia didasari keinginan, sadar, dan memilih jalannya dalam keadaan tahu kemana ujung jalan ini!

Itulah amanah terbesar yang dipikul makhluk yang kecil ukurannya, lemah, lemah usahanya, terbatas usianya, sekaligus digumuli nafsu, tendensi, dan ambisi.

Sungguh sebuah tindakan “adventure” jika ia memikul tugas yang berat ini di pundaknya. Dari sini, “manusia itu amat zhalim” terhadap dirinya, “dan amat bodoh” terhadap kekuatannya. Kezhaliman ini terkait dengan besarnya beban yang dipikulnya. Tetapi, ketika ia bangkit memikul tugas tersebut, ketika ia sampai kepada ma’rifat yang mengantarkan kepada Penciptanya, menemukan petunjuk langsung kepada undang-undangnya dan ketaatan yang sempurna terhadap kehendak Rabb-nya, sebuah ma’rifat, petunjuk, dan ketaatan yang mengantarnya kepada tingkatan yang telah dicapai langit, bumi, dan gunung dengan mudah, padahal langit, bumi, dan gunung-gunung itu adalah makhluk yang mengenal Allah secara in design, menemukan petunjuk secara in design, taat secara in design, tidak ada faktor yang menghalanginya untuk patuh kepada Penciptanya, undang-undang-Nya, dan kehendak-Nya, serta tidak ada faktor yang menahannya melaksanakan perintah-Nya. Ketika manusia sampai kepada tingkatan ini dalam keadaan sadar, memahami, dan tanpa paksaan, maka ia benar-benar telah mencapai maqam yang mulia dan tempat yang unik di antara ciptaan Allah.

Itulah keutamaan kehendak, nalar, usaha, dan pemikulan beban. Itulah keistimewaan manusia dibanding banyak makhluk Allah. Itulah tolok ukur penghormatan yang dideklarasikan Allah di al-Mala’ul-A’la, saat Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam. Allah mendeklarasikannya di dalam al-Qur’an yang abadi saat Allah berfirman: “Sungguh telah Kami muliakan bani Adam…” (al-Isra’ [17]: 70)

Maka, hendaknya manusia tahu acuan kemuliaannya di sisi Allah, dan hendaknya ia memikul amanah yang dipilihnya. Amanat yang pernah disodorkan kepada langit, bumi, dan gunung, namun mereka menolak untuk membawanya dan khawatir tidak bisa menjalankan amanat tersebut!
Tujuannya dari semua itu adalah:

“Sehingga Allah mengadzab orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (73)

Jadi, perbedaan manusia dari makhluk lain adalah dalam memikul amanah, memikul tugas mengenal Rabbnya sendiri, menemukan petunjuk sendiri, beramal sendiri, dan mencapai Rabbnya sendiri, semua itu agar ia memikul akibat dari pilihannya itu, agar balasan untuknya sesuai dengan amalnya, dan agar adzab itu pantas ditimpakan orang-orang munafiq dan musyrik, baik laki-laki atau perempuan. Dan agar Allah mengulurkan pertolongan kepada orang-orang mukmin, baik laki-laki atau perempuan, dengan menerima taubat mereka atas kekurangan dan kelemahan akibat tekanan-tekanan internal, rintangan yang menghalangi perjalan, serta berbagai daya tarik dan beban yang meletihkan mereka. Itulah karunia dan pertolongan Allah. Dan Allah itu Mahadekat ampunan dan rahmatnya bagi hamba-hamba-Nya: “Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (73)

Dengan irama yang kuat dan mendalam inilah ditutup surat yang diawali dengan instruksi kepada Rasulullah saw. Yaitu instruksi untuk taat kepada Allah, tidak mematuhi orang-orang kafir dan munafiq, mengikuti wahyu Allah, dan tawakkal kepada-Nya semata, bukan kepada yang lain. Surat ini juga mengandung berbagai instruksi dan penetapan syari’at yang menjadi fondasi sistem masyarakat Islam, yaitu ikhlas untuk Allah, berorientasi kepada-Nya, dan menaati instruksi-instruksi-Nya.

Dengan irama yang menggambarkan urgensi tugas dan besarnya amanah, mendefinisikan letak urgensi dan besarnya amanah, dan yang membatasi seluruhnya dalam upaya manusia untuk mengenal Allah, menemukan petunjuk kepada undang-undang-Nya, dan tunduk kepada kehendaknya ini. Dengan irama inilah surat ini ditutup, bagian awalnya dan bagian akhirnya serasi dengan tema dan orienasinya, dalam sebuah harmoni yang sarat mukjizat, yang secara intrinsik menunjukkan sumber Kitab ini.

From eramuslim.cm

Read more...

Nikmat Dan Musibah

Tertulis dalam Al Qur’an yang Mulia:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(20)"

- Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.(21)

- Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(22)

- Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (23), QS Al Hadid ayat 20-23

Allah SWT Membuat MAKLUMAT dalam Al Qur’an dengan kata-kata ”I’lamu” (57:20), yang mana maklumat ini merupakan sebuah pernyataan resmi, serius dan berbobot atas sebuah informasi penting bagi manusia. Isi maklumat tersebut adalah penjelasan tentang hakekat kehidupan dunia bagi manusia. Yaitu bahwa ia (kehidupan dunia) hanyalah permainan. Sebagaimana yang namanya permainan, maka dunia tidaklah pantas disikapi dengan keseriusan dan kesungguhan dalam melayani tuntutannya. Allah Menjelaskan pula bahwa beberapa hal (sebagai contoh) dari apa-apa yang dianggap sebagai hal-hal penting dalam kehidupan dunia, sebenarnya semua itu hanyalah bagaikan fatamorgana.

Di ayat selanjutnya (57:21) Allah SWT langsung menganjurkan manusia untuk bersikap sebaliknya tehadap apa yang merupakan kebalikan/lawan dari kehidupan dunia, yaitu kehidupan akhirat. Jika terhadap kehidupan dunia manusia hendaknya mensikapinya hanya sebagai permainan dan selayaknya tanpa sikap serius apalagi berusaha keras, maka terhadap kehidupan akhirat yang merupakan kebalikan atau lawan dari kehidupan dunia, hendaknya manusia bersikap serius dan bahkan berkompetisi. Allah sekaligus juga Menjanjikan luasnya akhirat dan ampunan yang disediakan.



Ayat berikutnya (57:22) memberikan informasi penting lain yang terkait dengan dua ayat sebelumnya. Yaitu tentang takdir. Bahwa nasib manusia, baik atau buruk, bahkan setiap peristiwa yang terjadi di atas panggung dunia ini, pada hakekatnya sudah ditentukan sebelumnya. Keterangan ini memberikan perspektif yang jelas tentang kedudukan ujian hidup manusia, bahwa ujian hidup berupa senang maupun susah sudah ditentukan sebelumnya sehingga manusia tak perlu menyesali atau memaksakan kehendak. Sikap yang pas dalam menghadapi takdir memang bukan hal mudah. Terutama ketika menghadapi peristiwa yang sangat menyedihkan, atau sangat berat, manusia benar-benar harus menempatkan dirinya dengan se-tepat-tepatnya. Manusia harus mengambil sikap bersabar atas ujian dan tetap bersangka baik pada Allah padahal ia sedang susah atau gundah. Itulah ujian, semua ujian memang diadakan untuk menguji sampai ke titik-titik batas kesanggupan.

Manusia hidup tak pernah mengenal statis. Selalu saja ada dinamika hidup menyertainya. Tidak ada seorang manusia di dunia ini yang tak diuji dengan baik dan buruk di dunia ini, apakah ia suka atau tidak. Dalam berbagai ayat-ayatNya Allah SWT sudah Memaklumatkan bahwa setiap manusia akan diuji, hanya saja mungkin tidak semua manusia mensikapi musibah dan nikmat dengan sikap yang sama. Ada orang yang optimis yang cenderung menghadapi kesulitan hidup dengan optimisme, sehingga ia senantiasa berusaha mencari jalan keluar, bahkan menganggap kesulitan sebagai tantangan. Ada pula manusia pesimis yang cenderung bersikap negatif terhadap apa saja, selalu mengeluh dan merasa susah.



Sudah sifat manusia untuk berkeluh kesah jika menghadapi kesulitan. Bahkan manusia mudah sekali merasa berputus asa dan kehilangan akal maupun kesabaran. Rentang sikap manusia terhadap musibah dapat dimulai dari sekedar keluhan kecil hingga kehilangan kewarasan karena emosi sedih atau marah yang tak terkendali. Seorang yang merasa bahwa kesulitan atau musibah yang dihadapinya adalah hal kecil, ia akan mensikapinya dengan santai dan memiliki banyak kesempatan untuk berpikir guna mengatasi kesulitan tersebut. Orang ini memusatkan perhatiannya pada penyelesaian masalah, dan ia mengaktifkan otaknya untuk berusaha mencari jalan keluar. Lain halnya jika seseorang merasa musibah yang dihadapinya terlalu berat atau besar bagi dirinya, ia akan tenggelam dalam masalah, bertolak belakang dengan orang pertama tadi yang berusaha mengatasi masalahnya dengan menggunakan otaknya, orang kedua ini malah tenggelam di dalam masalah. Perasaannya-lah yang menenggelamkan dirinya.



Perasaan manusia, persepsi manusia atas sesuatu bukanlah alat ukur obyektif. Perasaan manusia dapat saja berlebihan, sedangkan persepsinya mungkin saja keliru. Dalam menghadapi musibah, ada orang yang merasa ujian itu tak sanggup ia hadapi. Ia menganggap ujian tersebut terlalu berat baginya. Ini persepsinya sendiri. Padahal Allah SWT sudah Menyatakan dalam Al Qur’an bahwa seseorang tak akan dibebani lebih dari kadar kesanggupannya (2:286). Allah Yang Maha Tahu telah Mengukur kadar kesanggupan orang tersebut dan ia sesungguhnya mampu menghadapinya, namun ia telah menyesatkan dirinya dengan mempersepsikan musibah tersebut terlalu besar atau berat bagi dirinya. Persepsi ini kemudian dilanjutkan dengan prasangka buruk terhadap Allah, menyangka bahwa Allah tidak adil, menyangka bahwa Allah telah menghukum dirinya dengan kehinaan dan musibah. Sekali lagi ini adalah persepsi manusia yang keliru.

Allah SWT memberi gambaran orang-orang yang salah persepsi terhadap musibah dan nikmat sebagai berikut:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". QS Al Fajr 15-16.

Allah SWT Menghendaki agar manusia bersikap pas atau tepat terhadap apa yang ia hadapi dan apa yang ia dapatkan di dunia ini. Allah Menghendaki kita sebagai manusia mensikapi semua itu dengan sikap tenang, stabil, tetap imbang dan tidak kehilangan orientasi hidup yang sesungguhnya yaitu orientasi menuju akhirat. Ini tercermin di ayat 23 Surah Al Hadid, yaitu: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.

jangan berduka cita dan jangan terlalu gembira di dunia ini, baik dalam menghadapi susah maupun senang. Bersikaplah tetap stabil dan imbang (balance) karena pada hakekatnya dunia ini hanya fatamorgana. Segala kesulitan dunia hanyalah kesulitan yang menipu, karena jika disikapi dengan sabar maka kesulitan tersebut merupakan karunia Allah yang memberikan kita kesempatan untuk banyak-banyak bersabar dan bertaubat, yang mana itu baik bagi kita, baik bagi akhirat kita. Sedangkan segala kesenangan dan nikmat dunia juga hanya tipuan belaka, sebab boleh jadi mengandung fitnah atau bahaya besar bagi kita karena boleh jadi kita menjadi sombong atau berlebihan sehingga kita terjatuh ke dalam dosa dan kemurkaan Allah di akhirat kelak. Na’udzubiLlahi min dzalik.

Muslim disebut Muslim karena kelekatannya pada sikap penyerahan diri pada Allah SWT. Islam artinya ”berserah diri”. Islam adalah jalan hidup yang menuntut penganutnya untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk memiliki sikap atau pendapatnya sendiri dalam persoalan-persoalan penting dalam hidupnya. Jika non-Muslim (orang kafir) menganggap dirinya berhak memiliki sikap dan pendapatnya sendiri tentang hidup, musibah senang dan bahagia, Muslim harus bertanya kepada agamanya apakah arti itu semua. Oleh karena itulah ia dapat disebut ”Muslim” yang artinya berserah diri.

Seorang Musim harus memahami apakah hakekat dunia, maupun bagaimana mensikapinya menurut apa kata Allah, bukan apa kata nafsu dan keinginan manusia belaka. Berikut adalah sebagian dari poin-poin penting untuk difahami:

1. Allah SWT pasti akan menurunkan ujian kepada setiap orang, oleh karena itu selama ia hidup di dunia hendaknya ia selalu bersiap menghadapi ujian-ujian Allah baik atau buruk.

2. Allah Mengatakan dalam surat Al Fajr di atas dan banyak ayat-ayat lain baik dalam Al Qur’an maupun bimbingan Hadits Nabi SAW bahwa keadaan ”baik” maupun ”buruk” yang diberikan kepada manusia adalah sama-sama ujian. Nikmat maupun musibah adalah sama-sama alat uji keimanan bagi manusia yang mengaku beriman.

3. Dalam mensikapi kedua jenis ujian tersebut manusia hendaknya selalu memasang sikap imbang, yang pada dasarnya kembali kepada acuan sikap untuk bersyukur dan bersabar. Bersyukur ketika merasakan nikmat dan bersabar ketika merasa sempit atau susah.

4. Diantara mutiara kehidupan yang sangat berharga yang sepatutnya ita ambil sebagai sikap dalam menghadapi ujian hidup ada di ayat-ayat yang ditulis di awal tulisan ini, yang intinya adalah sikap netral terhadap dunia: supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Hendaknya perasaan kita tidak berlebihan, baik ketika mendapatkan musibah maupun ketika mendapatkan nikmat.

5. Sikap imbang atau netral di atas dapat terbentuk ketika kita sudah terlebih dahulu memahami bahwa kehidupan dunia hanyalah tipuan-tipuan fatamorgana belaka, dan bahwa akhiratlah kehidupan yang sesungguhnya.


Mudah-mudahan uraian singkat ini dapat memberikan gambaran bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi dunia fana ini. Wallahua'lam (SAN 22052009)

From eramuslim.com

Read more...

Waktu-Waktu Shalat

Shalat merupakan ibadah ummat Islam yang paling utama kepada Allah SWT. Shalat adalah salah satu rukun Islam. Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab di hari akhir. Jika shalat seorang hamba itu baik, baik pula amal lainnya, dan demikian pula sebaliknya.

Ada sejumlah ayat Al Quran yang berhubungan dengan waktu shalat. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa 103).

"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Al-Isra 78)

"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (Hud 114)

"Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang" (Thaha 130)

Adapun hadits Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan waktu shalat adalah sebagai berikut.

Dari Jabir bin Abdullah meriwayatkan " Malaikat Jibril datang kepada Nabi S.A.W lalu berkata: "Marilah solat". Lalu ia melakukan solat zohor di waktu matahari telah condong (tergelincir). Kemudian Jibril datang kepada Nabi di waktu Asar lalu berkata: "Marilah solat". Lalu ia solat Asar di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu jadi sama panjangnya dengan keadaan dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu maghrib lalu berkata: " Marilah Solat" lalu ia solat Maghrib di waktu matahari telah masuk (terbenam). Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu Isya lalu berkata: "Marilah Solat". Lalu ia solat Isya lalu berkata; " Marilah solat". Lalu ia solat Isya di waktu telah hilang tanda merah - di tempat matahari terbenam. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu fajar lalu berkata: "Marilah solat" Lalu ia solat Fajar (subuh) di waktu fajar telah terbit. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W pada esok harinya lagi di waktu zuhur lalu berkata: "Marilah solat". Lalu ia solat zuhur, di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu itu jadi sama panjangnya dengan keadaan dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu Asar lalu berkata: "Marilah solat". Lalu ia solat di waktu Asar, di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu itu jadi dua kali panjang daripada dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu maghrib yang sama waktunya dengan kelmarin, lalu ia solat maghrib. Kemudian jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu Isya, sehabis tengah malam, lalu berkata: "marilah solat". Lalu ia solat Isya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi pada waktu telah terang cuaca (sebelum terbit matahari). Lalu berkata: "Marilah solat". Lalu ia solat fajar. Kemudian Jibril berkata: Antara dua waktu itulah waktu bagi tiap-tiap solat." (Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban dan Hakim)

Hadits di atas memberikan penjelasan mengenai awal dan akhir waktu shalat, yaitu berdasarkan pergerakan matahari, baik di atas ufuk (horison) maupun dampak pergerakan matahari di bawah ufuk. Efek pergerakan matahari diantaranya adalah berubahnya panjang bayangan benda, terbit dan terbenamnya matahari, munculnya mega merah di waktu fajar dan berakhirnya mega merah di malam hari.

Pada asalnya, cara menentukan waktu shalat adalah dengan melakukan observasi / pengamatan posisi matahari. Namun dengan kemajuan kemajuan ilmu pengetahuan, tanpa melihat posisi matahari, manusia dapat mengetahui kapan datangnya waktu shalat.

Waktu shalat lima waktu berdasarkan hadits di atas adalah sebagai berikut.

1. Zhuhur

Waktu zhuhur dimulai saat pertengahan hari (noon), yaitu ketika matahari melewati garis meridian (lingkaran besar langit yang menghubungkan utara dan selatan). Saat melewati garis meridian, ada tiga kemungkinan azimuth matahari (dihitung dari arah utara). Pertama, azimuth matahari = 0 derajat, yaitu ketika matahari melewati garis meridian, posisinya di belahan langit utara. Kedua, azimuth = 180 derajat, ketika posisinya di belahan langit selatan. Ketiga, azimuthnya tidak dapat ditentukan, ketika posisinya benar-benar tepat di zenith (atas kepala) atau ketinggiannya tepat 90 derajat..

Untuk kemungkinan pertama dan kedua, sebuah benda memiliki panjang bayangan jika terkena sinar matahari. Adapun untuk kemungkinan ketiga, panjang bayangan sama dengan nol. Panjang bayangan saat datangnya waktu Zhuhur ini akan berpengaruh pula pada penentuan datangnya waktu shalat Ashar.

Waktu zhuhur berakhir saat datangnya waktu shalat ashar.

2. Ashar

Berdasarkan hadits di atas, ada dua pendapat mengenai kapan datangnya waktu shalat ashar. Ini berkaitan dengan bayangan benda yang ditegakkan di atas tanah. Menurut mazhab Syafii, waktu shalat ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur). Sedangkan menurut mazhab Hanafi, waktu shalat Ashar adalah ketika panjang bayangan sama dengan dua kali tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur).

Panjang bayangan pada waktu Zhuhur yang merupakan panjang bayangan minimum ini perlu diperhitungkan, karena sangat mungkin panjang bayangan saat Zhuhur itu lebih panjang dari tinggi benda itu sendiri seperti di tempat yang memiliki lintang tinggi. Jika bayangan saat Ashar = Sa, bayangan saat zhuhur = Sz dan tinggi benda = h, maka secara sederhana dapat ditulis Sa = h + Sz menurut mazhab Syafii dan Sa = 2*h + Sz menurut mazhab Hanafi.

Waktu Ashar berakhir saat datangnya waktu shalat maghrib.

3. Maghrib

Waktu shalat maghrib dimulai saat matahari terbenam (sunset). Ketika matahari terbenam dimana posisinya di bawah ufuk, langit tidak langsung gelap. Hal ini disebabkan adanya atmosfer bumi yang membiaskan cahaya matahari. Karena itu, matahari harus tenggelam hingga belasan derajat di bawah ufuk supaya tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan sehingga langit menjadi gelap.

Waktu shalat maghrib berakhir saat datangnya waktu shalat Isya'.

4. Isya'

Waktu shalat Isya' dimulai saat langit gelap, atau berakhirnya mega merah (astronomical twilight) di langit barat.

Waktu Isya' berakhir saat datangnya waktu shubuh.

5. Shubuh

Waktu shubuh dimulai ketika munculnya fajar (shidiq) atau cahaya secara merata di langit timur. Meskipun saat itu matahari masih belasan derajat di bawah ufuk, namun akibat pembiasan atmosfer cahaya matahari dapat dibiaskan sehingga langit tidak lagi gelap. Beberapa catatan mengenai penentuan waktu Isya' dan Shubuh disajikan pada catatan di bawah.

Waktu shubuh berakhir saat matahari terbit..

Ada beberapa catatan mengenai waktu shalat di atas.

Pada tulisan terdahulu tentang Transformasi Sistem Koordinat, penulis sudah pernah menyinggung satu rumus penting yang berhubungan dengan waktu shalat, yaitu

Cos(Hour Angle) = [sin(altitude) - sin(lintang)*sin(deklinasi)] / [cos(lintang)*cos(deklinasi)].

Waktu shalat dapat ditentukan dengan perhitungan menggunakan rumus-rumus pergerakan matahari dengan tepat. Jika Hour Angle diketahui, maka sudut ini dapat dikonversi ke dalam waktu. Dari rumus di atas, ada beberapa parameter penting dalam menentukan waktu shalat untuk suatu tempat tertentu. Pertama, koordinat lintang (latitude) suatu tempat. Kedua, sudut deklinasi matahari yang berubah secara periodik sepanjang tahun. Deklinasi adalah salah satu koordinat dalam sistem koordinat ekuator (lihat tulisan tentang Mengenal Sistem Koordinat). Parameter lainnya yang menentukan meskipun tidak disebutkan dalam rumus di atas adalah koordinat bujur (longitude). Bujur suatu tempat berpengaruh pada penentuan waktu untuk tengah hari saat matahari melewati garis meridian setempat. Yang juga berperan penting dalam penentuan waktu untuk tengah hari adalah apa yang disebut Equation of Time. Equation of Time adalah selisih antara waktu saat matahari yang sesungguhnya melewati meridian dengan matahari fiktif yang bergerak dengan laju konstan. Terjadinya selisih ini akibat lintasan matahari mengitari bumi yang tidak berbentuk lingkaran melainkan elips. Pembahasan tentang Equation of Time lebih tuntas berikut rumus untuk memperoleh nilainya Insya Allah disajikan pada kesempatan lain.

Dalam hal ini, datangnya waktu zhuhur saat matahari melewati meridian, datangnya waktu maghrib saat matahari terbenam, serta berakhirnya waktu shubuh saat matahari terbit dapat dihitung dengan akurat. Demikian pula, datangnya waktu ashar dapat ditentukan, meskipun terjadi perbedaan pendapat, apakah panjang bayangan itu satu atau dua kali tinggi benda (ditambah panjang bayangan saat Zhuhur). Perbedaan pendapat ini bukanlah mengenai bagaimana menentukan posisi matahari, namun perbedaan dalam menentukan definisi yang tepat mengenai kapan datangnya waktu Ashar.

Adapun untuk datangnya waktu salat Isya' maupun shubuh juga terjadi perbedaan pendapat. Penentuan kedua waktu tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan posisi matahari, namun efek dari atmosfer yang membiaskan cahaya matahari dari bawah ufuk. Ada beberapa pendapat, misalnya altitude matahari itu berkisar antara 15 hingga 20 derajat di bawah ufuk agar tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan. Diakui disini bahwa tidak ada satu pendapat mengenai sudut ini, sehingga perbedaan satu derajat saja akan berpengaruh pada perbedaan waktu shalat isya' dan shubuh beberapa menit.

Telah disebutkan di atas bahwa parameter penting dalam penentuan waktu shalat adalah lintang. Untuk daerah dengan lintang tinggi (di daerah sebelah utara 48,5 LU atau sebelah selatan 48,5 LS) dalam rentang waktu tertentu (beberapa hari hingga beberapa bulan), matahari tidak cukup tenggelam di bawah ufuk sepanjang waktu malam. Merujuk pada rumus di atas, untuk nilai Cos(Hour Angle) = 1 atau -1, posisi matahari di bawah ufuk (altitude negatif) tidak cukup tenggelam. Akibatnya, saat malam (yang didefinisikan dari saat matahari terbenam hingga terbit), langit tidak benar-benar gelap. Atmosfer bumi masih mampu membiaskan cahaya matahari sehingga langit masih nampak cukup terang sepanjang malam. Jadi jika hanya menggunakan perhitungan matematis semata, maka waktu isya' dan shubuh tidak dapat ditentukan.

Bahkan dalam kasus yang ekstrem, di daerah yang lintangnya sangat tinggi (sebelah utara 66,5 derajat LU atau sebelah selatan 66,5 derajat LS), matahari tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit selama beberapa hari hingga beberapa bulan. Jika matahari tidak pernah terbenam, akibatnya hanya waktu zhuhur dan ashar yang dapat ditentukan dengan perhitungan matematis. Sedangkan untuk kasus matahari yang tidak pernah terbit, hanya waktu shalat isya' dan shubuh saja yang dapat ditentukan dengan perhitungan yang normal.

Untuk kedua kasus ekstrem di atas, dimana langit tidak benar-benar gelap dan matahari tidak pernah terbit/terbenam, terdapat sejumlah pendapat/fatwa dari kalangan ulama. Masalah ini juga sudah pernah dibahas dalam muktamar ulama dari berbagai negara Islam beberapa dekade lalu. Insya Allah akan dibahas pada tulisan khusus.

Dari paparan singkat di atas, yang diharapkan adalah adanya landasan pemahaman yang kokoh jika suatu saat ditemui terjadinya perbedaan waktu jadwal shalat. Dalam satu kesempatan penulis pernah menjawab pertanyaan seseorang yang menanyakan mengapa jadwal waktu shalat shubuh di Jakarta yang dikeluarkan oleh tiga lembaga itu berbeda-beda untuk hari yang sama. Satu lembaga menyatakan pukul 4:36 pagi. Jadwal lain menyatakan pukul 4:38 dan satunya lagi pukul 4:42. Jika kita memahami latarbelakang bagaimana penyusunan jadwal shalat, Insya Allah perbedaan tersebut dapat dipahami.

Pada tulisan selanjutnya, Insya Allah penulis akan menyajikan perhitungan matematis untuk menentukan waktu shalat.

Dr. Rinto Anugraha (Peneliti Pascadoktoral 2008-2010 di Kyushu University, Fukuoka, Japan)

Read more...

TAKDIR..

Berbagai perbuatan manusia dapat dikategorikan menjadi dua macam :

1. Musayyar yaitu perbuatan-perbuatan yang didalamnya seorang manusia tidak memiliki kebebasan atau pilihan lain kecuali ia menerimanya, seperti kehadirannya di dunia ini maupun kematiannya, kelahirannya di suatu daerah dan tidak di daerah lainnya, perkembangan tubuhnya baik tinggi atau pendek, bentuk rambutnya, warna kulitnya dan sebagainya. Bisa diibaratkan bahwa sifat musayyar ini sama dengan sifat sebuah benda, tanaman dan hewan.

2. Mukhoyyar yaitu bahwa manusia memiliki kebebasan terhadap suatu perkara untuk menerima atau menolaknya. Untuk itu Allah swt memberikan kepadanya akal, pemahaman dan kemampuan untuk membedakan apakah sesuatu itu baik atau buruk, terpuji atau tercela. Inilah yang membedakan manusia dengan benda, tumbuhan maupun hewan sehingga manusia menjadi makhluk Allah swt yang mukallaf (mempunyai berbagai kewajiban) bila ia sudah sampai pada usia baligh. Karena itu orang gila, anak kecil maupun orang yang tertidur tidaklah terbebankan oleh kewajiban dikarenakan mereka semua tidak memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak suatu perkara.

Dan kedua macam perbuatan tersebut tidaklah ada yang keluar dari takdir dan ketentuan Allah swt. Semuanya telah dituliskan Allah swt di Lauh Mahfuzh, telah diketahui, diciptakan dan dikehendaki oleh-Nya, sebagaimana firman-Nya :

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ


Artinya : “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadid : 22)


Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ankabut : 62)

Artinya : “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al Qomar : 49)


Artinya : “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwir : 28 – 29)

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa iman adalah mengimani Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan takdir baik dan buruk.

Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan bahwa Allah swt telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang akan terjadi berupa kebaikan atau keburukan dan menjadikannya dapat menerima ketaatan maupun kemaksiatan serta membebankannya dengan berbagai perkara yang diperintahkan maupun dilarang dan dibebaskan baginya untuk melaksanakannya atau tidak melaksanakannya dan kelak dia akan dihisab dihadapan Allah swt atas apa yang dilakukannya dengan kebebasannya dan pilihannya kepada ketaatan atau kemaksiatan. Manusia tidaklah mengetahui apa yang telah ditetapkan didalam ilmu Allah swt kecuali setelah hal yang ditakdirkan itu terjadi.

Beliau juga mengatakan bahwa sesungguhnya Allah swt mengetahui bahwa Abu Lahab tidaklah mengimani Muhammad saw namun demikian Allah swt memerintahkan nabi-Nya untuk mengajaknya beriman agar beriman atau tidak berimannya dia atas dasar kebebasan dan pilihan-Nya, maka Abu Lahab pun memilih untuk kufur (tidak beriman) dan hal itu terus berlangsung hingga dirinya mati dalam keadaan kafir, disinilah diketahui secara jelas bahwa Allah swt telah menetapkan didalam ilmu-Nya bahwa Abu Lahab akan memilih kekufuran dan mati dalam keadaan kafir. (Fatawa Al Azhar juz X hal 125)

Hal lain yang perlu diketahuia adalah bahwa ilmu Allah swt hanyalah bersifat inkisyaf (menyingkap) sesuatu yang lalu, saat ini atau akan datang, artinya bahwa Allah swt mengetahui bahwa seseorang akan melakukan ini dan itu, kebaikan atau keburukan, ketaatan atau kemaksiatan, mati dalam keadaan mukmin atau kafir sejak azali. Akan tetapi ilmu Allah ini tidaklah memiliki sifat ijbar (memaksa) ataupun ta’tsir (mempengaruhi), sebagaimana yang ada pada kehendak-Nya.

Kemudian Allah swt adalah Maha Bijaksanan didalam setiap urusan dan ciptaan-Nya. Dia juga Maha Menyayangi hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul-Nya, memberikan kepada mereka kitab-kitab-Nya, menetapkan syariat-Nya agar manusia bisa membedakan perkara-perkara yang baik dari perkara-perkara yang buruk untuk kemudian memilih perkara-perkara yang baik itu dan meninggalkan yang buruk.

Dengan demikian setiap manusia bebas atas pilihan yang diambilnya dan kelak akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah swt atas hal tersebut. Akan tetapi ilmu Allah ini tidaklah memaksa maupun mempengaruhi dirinya untuk melakukan apa yang diketahui-Nya akan tetapi membiarkan kepadanya atau memberikan kebebasan kepadanya untuk menjatuhkan pilihannya. Sehingga pilihannya itu dilakukan atas dasar kesadaran dan kebebasan.

Pada saat dirinya memberikan penilaian baik buruk terhadap seluruh alternatif yang ada dihadapannya maka tidaklah ada pahala maupun dosa baginya akan tetapi ketika ia melaksanakan pilihannya itu dan jika hal itu merupakan ketaatan maka baginya pahala, jika maksiat maka baginya dosa dan jika ia perkara mubah maka tidak ada dosa dan pahala baginya.

Dan Allah swt tidak akan pernah sedikit pun menzhalimi hamba-hamba-Nya akan tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. Allah juga tidak akan pernah salah memberikan pahala kepada orang yang berhak mendapatkan pahala dan tidak akan salah memberikan dosa kepada orang yang memang berhak atasnya.

إِنَّ اللّهَ لاَ يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ


Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Yunus : 44)

From Eramuslim.com

Read more...

Tanda-tanda Kekuasaan Allah pada DNA




Pertanyaan tentang eksistensi Allah yang dilontarkan kaum atheis selama kurun waktu yang lama itu roboh dengan sendirinya. Hukum perubahan dan darwinisme, apabila dihadapkan pada penemuan-penemuan baru di alam semesta dan pada anatomi tubuh manusia, akan menjadi sesuatu yang menggelikan, selayaknya klaim-klaim yang tidak bisa dipertahankan dan sepatutnya ditutup dalam arsip sejarah sebagai sesuatu yang tidak pernah terbukti dan sekaligus kontradiktif.

Segala sesuatu mulai dari atom hingga galaksi didesain untuk kebaikan bagi umat manusia. Penemuan DNA, unsur-unsur pokoknya, serta bagiamana ia bekerja, menghasilkan serangan hebat yang lain terhadap hukum perubahan. Allah di dalam al-Qur’an berfirman, ‘Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?’ (Fushshilat: 53)

Allah juga berfirman, ‘Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.’ (al-Jatsiyah: 4)


Bruce Alberts, presiden National Academy of Sciences, mengatakan, ‘Seluruh sel dapat dilihat sebagai pabrik yang berisi jaringan elaboratif untuk menyabungkan garis-garis pertemuan, dimana masing-masing terdiri dari satu set mesin protein yang besar.’

Bahkan sel-sel yang paling sederhana itu membuat decak kagum dengan mesin high-tech-nya. Di sisi luar, permukaannya dipenuhi dengan berbagai sensor, gerbang, pompa, dan pengidentifikasi.


Di bagian dalam, sel-sel itu dikemas dengan pembangkit tenaga, tempat kerja yang otomatis, dan unit-unit daur ulang. Monorel-monorel miniatur mengangkut berbagai Artikelal dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Pabrik modern yang paling maju dan otomotis, dengan berbagai komputer dan robotnya yang seluruhnya terkoordinasi dengan jadwal waktu yang presisi saja masih kurang kompleksnya dibanding pekerjaan-pekerjaan di dalam satu unit sel.

‘Suatu bakteri jauh lebih kompleks dibanding setiap sistim yang mati yang dikenal manusia. Tidak ada suatu laboratorium di dunia yang dapat menyaingi aktivitas biokimia organisme hidup yang paling kecil. Satu sel lebih rumit dibanding komputer paling besar yang yang pernah dibuat manusia.’ (Sir James Gray, Cambridge University)

DNA itu seperti suatu bahasa di dalam inti sel, suatu pesan molekular, satu set perintah yang menceritakan sel itu bagaimana caranya ia membangun protein—lebih menyerupai perangkat lunak yang diperlukan untuk menjalankan komputer. Lebih dari itu, banyaknya keterangan DNA sangat mengejutkan. Satu sel dari tubuh manusia berisi informasi tiga atau empat kali lebih banyak dibanding 30 volume Encyclopedia Britannica. Sebagai hasilnya, pertanyaan tentang asal-muasal hidup yang sekarang harus diredifinisi, sebagaimana pertanyaan tentang informasi biologis yang orisinal. Dapatkah informasi itu muncul dari alam sendiri? Atau apakah itu memerlukan suatu ‘intelligent agent’?


DNA terdiri dari bahan-bahan kimia alami (basis, gula, fosfat, yang bereaksi menurut hukum alam). Apa yang membuat DNA berfungsi sebagai suatu pesan itu bukan bahan kimia itu sendiri, tetapi lebih merupakan sekuen mereka, pola mereka. Bahan kimia dalam DNA dikelompokkan ke dalam molekul-molekul (yang disebut nukleotida) yang bertindak seperti surat-surat di suatu pesan, dan mereka harus di dalam perintah tersendiri jika pesan itu akan dapat dimengerti. Jika surat-surat itu campur aduk, maka hasilnya nonsense. Sehingga pertanyaan yang penting adalah apakah sekuen dari bahan kimia ‘surat-surat’ muncul sebab-sebab alam, ataukah ia memerlukan satu sumber yang cerdas? Apakah ia produk dari hukum atau produk desain?

Karena DNA berisi informasi, maka kasus itu lebih dapat dijelaskan dengan istilah-istilah teori informasi, suatu bidang penelitian yang menyelidiki bagaimana informasi-informasi itu ditransmisikan. Ilmuwan naturalistik hanya mempunyai dua cara yang mungkin untuk menjelaskan asal-muasal hidup—apakah itu chance (kebetulan) atau hukum alam. Tetapi teori informasi menyediakan suatu piranti yang tangguh untuk mendiskonto kedua penjelasan tersebut. Chance dan hukum sama-sama menjurus kepada struktur-struktur dengan isi informasi yang rendah, sedangkan DNA mempunyai suatu isi informasi yang sangat tinggi.’

Sekuen basis DNA tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam karena tidak ada hukum kimia bahwa membuat setiap sekuen lebih mungkin dibanding yang lain. Pada waktu yang sama, sekuen-sekuan tersebut sangat rumit, sehingga ia tidak bisa dijelaskan sebagai sesuatu yang kebetulan.

‘Berdasarkan faktor-faktor kemungkinan, setiap helai DNA yang sehat mempunyai lebih dari 84 nukleotida, dan itu tidak mungkin sebagai akibat dari mutasi-mutasi yang sembrono. Pada tahap itu, kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah 1 dari 480 x 1050. Nomor seperti itu jika dituliskan akan terbaca:
480,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000.

‘Para ahli matematik setuju bahwa suatu jumlah syarat di atas 1050, secara statistik, adalah a zero probability (nol kemungkinan). Setiap jenis yang kita kenal, termasuk bakteri sel tunggal yang paling kecil, mempunyai jumlah nukleotida lebih besar dari 100 hingga 1000. Faktanya, bakteri sel tunggal menampilkan sekitar 3,000,000 nukleotida, yang dibariskan di suatu sekuen yang sangat khusus. Ini berarti bahwa tidak ada kemungkinan matematis apapun bagi suatu spesies untuk menjadi produk dari kejadian yang acak atau bermutasi (menggunakan pernyataan favorit para evolusionis).’ (I.L.Cohen, Darwin was Wrong, 1984, hlm. 205)

Studi terhadap DNA menyediakan bukti baru yang kuat bahwa hidup adalah produk desain yang cerdas.
Dewasa ini, bergantung pada harapan bahwa beberapa proses natural akan ditemukan untuk menjelaskan DNA, adalah sikap yang amat tidak logis. Proses yang susah dimengerti yang diharapkan para natularis untuk ditemukan itu sepenuhnya tidak akan ditemukan.

Meski manusia 97% dari struktur DNA mereka dengan beberapa binatang yang lebih tinggi, namun 3% yang terakhir itu sangat vital, dimaan semua peradaban manusia, agama, seni, ilmu pengetahuan, filsafat, dan yang paling penting moral mereka, tergantung padanya.

Inilah 3% yang membedakan antara pandangan theistik (rabbani) tentang asal-muasal manusia dari pandangan yang non-theistik. Seperti yang telah diperingatkan John Quincy Adams sejak dahulu, bahwa tanpa suatu kepercayaan asal-muasal yang theistik (dalam perbedaan 3% itu), manusia tidak akan memiliki nurani. Ia lebih tidak memiliki hukum dibandingkan harimau dan ikan hiu.’

Allah berfirman di dalam al-Qur’an, ‘Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.’ (an-Naml: 93)

Read more...

JANGAN BIARKAN DIRIMU HANCUR !!!

>> Monday, May 25, 2009

Suatu ketika, ada seorang sahabat memulai ceramahnya
dengan mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribu yang baru.
Kemudian dia bertanya
"Siapa di antara kamu yang mau uang ini, jika diberikan ikhlas padamu?"
Langsung saja yang mengangkat tangan banyak sekali.

Katanya lagi " Ya, ini akan saya berikan,
tapi sebelumnya biar saya melakukan hal ini".
Sahabat tersebut meremas seluruh uang kertas seratus ribu itu ,
menjadi gulungan kecil yang kumal.

Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula :
sepuluh lembar seratus ribu, tapi sudah kumal sekali.
Lalu dia bertanya " Siapa yang masih mau uang ini?"
Tetap saja banyak yang angkat tangan, sebanyak yang tadi.

"Oke, akan saya kasih, tapi biarkan saya melakukan hal ini".
Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai,
terus diinjak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai nggak karuan bentuknya.
Dia tanya lagi "Siapa yang masih mau?"
Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.

"Nah, sahabatku, sebenarnya aku dan kau sudah mengambil satu nilai yang sangat berharga dari peristiwa tadi.
Kita semua masih mau uang ini walau bentuknya sudah nggak karuan lagi.
Sudah jelek, kotor, kumal... tapi nilainya nggak berkurang: tetap satu juta rupiah."

"Sama seperti kita.
Walau kau tengah jatuh, tertimpa tangga pula...
tengah sakit, tengah hancur pula, atau kau gagal, nggak berdaya, terhimpit,
dan merasa terhina, kecewa dan terkhianati, atau dalam keadaan apapun,
kau tetap nggak kehilangan NILAImu... karena kau begitu berharga.
Jangan biarkan kekecewaan, perasaan, ketakutan, sakit hati,
menghancurkan DIRI kamu, HARAPANmu, atau CITA-CITAmu. "

"Kamu akan selalu tetap BERHARGA,
bagi dirimu, bagi diriku, bagi sahabatmu, bagi sahabat yang lain
dan kau tetap sama dimata Tuhanmu.
Dia, Tuhanmu, akan berlari mendekatimu, jika kau berjalan menuju-Nya.
Aku pun sahabatmu akan melakukan hal yang sama,
karena fithrah setiap diri kita akan mulia jika mencoba mendekati sifat2 Tuhan kita.
Disanalah nilai dirimu berada."

Sumber : http://argatikel.blogspot.com/search/label/Motivasi

Read more...

KISAH SEBUAH JAM

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Itu tergantung bagaimana kita menyiasati pekerjaan dan tugas kita, bila kita bisa bagi2 menjadi fragmen-fragmen yang kecil.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

sumber : http://argatikel.blogspot.com/search/label/Motivasi

Read more...

KISAH KELEDAI..

Seorang petani yang tinggal di daerah Sumatra Selatan memiliki keledai satu-satunya sebagai alat angkutan sehari-hari.
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh kedalam sumur.
Hewan itu menangis sangat memilukan selama berjam-jam sementara si petani tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan keledai tersebut.
Segala upaya telah dicoba untuk mengangkat keledai itu dari dalam sumur, tetapi tidak membuahkan hasil.

Akhirnya , setelah berdiskusi dengan saudaranya diperoleh kesimpulan untuk membiarkan saja keledai itu didalam sumur untuk selanjutnya ditimbun.
Alasannya , hewan tersebut sudah tua dan tidak terlalu berguna lagi jika ditolong.
Di pihak lain , sumur itu sendiri juga sebenarnya kurang produktif.
Dengan demikian menutup sumur dengan keledainya merupakan keputusan yang tepat.

Lalu dia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantu.
Mereka datang dengan membawa sekop, cangkul, dan peralatan lainnya lalu mulai menimbun tanah kedalam sumur.
Pada mulanya , ketika si keledai menyadari apa yang terjadi, dia menangis penuh kengerian.
Namun lama kelamaan semua orang jadi takjub ketika si keledai menjadi diam dan tidak berteriak lagi.

Setelah beberapa sekop tanah mulai dituangkan lagi kedalam sumur, si petani melihat kedalam sumur dan tercengang melihat apa yang dilakukan sang keledai.
Sekalipun punggungnya terus menerus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.
Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun kebawah, lalu menaiki tanah itu.
Begitu seterusnya, tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor keatas punggung hewan itu, sedangkan si keledai juga terus mengguncangkan badannya dan melangkah naik hingga mendekati mulut sumur.
Tak pelak lagi, semua orang terpesona ketika melihat si keledai melompati tepi sumur dan melarikan diri.

***
Terkadang hidup ini terasa begitu tertekan dengan permasalahan yang bertubi-tubi, baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan.
Setiap hari timbunan masalah itu semakin berat saja.
Belajar dari ilustrasi diatas , bukankah setiap masalah yang ada dapat dijadikan batu pijakan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi?

Kita juga tidak bisa terus-menerus menyesali apa yang terjadi, sekalipun rasanya sudah tidak mungkin untuk keluar dari masalah yang ada.
Namun dengan mengubah cara pandang terhadap suatu masalah, akan ditemukan solusi-solusi baru yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya.
Pendek kata ketika menghadapi masalah sesungguhnya kita sedang menikmati pengalaman hidup yang mungkin tidak terulang kembali.
Pengalaman bukanlah apa yang dialami seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi pada dirinya.

Persepsi orang lain akan berubah ketika kita bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan tegar dan tabah.
Cara pandang dan penilaian orang justru akan berbalik arah ketika kita bisa memandang permasalahan yang kita hadapi secara positif.
Kebesaran jiwa seseorang memang diuji pada saat ia menghadapi permasalahan hidup.

Seseorang memiliki mental dan perkembangan emosi yang optimal bukan dilihat dari kekayaan atau jabatannya yang tinggi, bukan pula dari pernyataan -pernyataannya yang muluk, dan bukan pula dari palu kekuasaan yang dimilikinya untuk menekan orang lain, melainkan dari dapur api pengujian hidup.

'Aslinya' seseorang akan tampak ketika seluruh aksesoris kehidupan yang dimilikinya lepas.
Emas akan betul tampak betul-betul emas setelah melalui pengujian api , bukan ketika dia dilekatkan sebagai perhiasan baru.

Selama manusia hidup, pasti banyak permasalahan yang terus menekannya.
Disisi lain , dalam menjalani kehidupan juga kita akan berhadapan dengan pilihan-pilihan yang harus segera diputuskan .
Keledai dalam cerita diatas telah memutuskan untuk bangkit dan mencari jalan keluar.
Dia telah menjadi bagian dari pemecahan masalah bukan bagian dari permasalahan itu.

Semakin individu tersebut terbang tinggi , semakin kuat pula tarikan untuk menghambatnya. Semakin gemilang seseorang dalam prestasi dan implementasi kompetensi yang dimilikinya, semakin deras pula arus untuk menekannya. Berkenaan dengan hal itu , maka pilihan tetap ada di pundak masing- masing. Mau tetap terbang tinggi bersama kompetensi yang dimiliki sambil mengucapkan selamat tinggal kepada pecundang, atau mengambil keputusan untuk turun lalu hidup bersama para pecundang

(Oleh Elvi Zuhailina @ Discussion board KKH)

Read more...

MENDETEKSI SEHATNYA HATI (QOLBU)

Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab 'Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy-Syaithan. Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu. Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya. Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Qur'an. Selain itu, qalbu yang sehat memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.Mengembara ke Akhirat

Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi shallallhu 'alaihi wasallam bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)

Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan menganggapnya sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.

2.Mendorong Menuju Allah subhanahu wata'ala

Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wata'ala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.

Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahan nya. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata'ala inilah surga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.

Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya."

Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata'ala lebih dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.

3.Tidak Bosan Berdzikir

Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wata'ala. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu wata'ala atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.

4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir

Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.

5. Rindu Beribadah

Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.

6.Khusyu' dalam Shalat

Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

7.Kemauannya Hanya kepada Allah

Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah subhanahu wata'ala.

8. Menjaga Waktu

Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.

9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri

Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wata'ala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wata'ala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.

Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan sehatnya qalbu seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah (kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata'ala, mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya.

Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata'ala lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya." (QS. 89:27-28)

Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarkannya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya bukan beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan kedekatan kepada Rabbnya.

Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan layak mendapatkan semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.

Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, miskin dan membutuhkan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tak berdaya. Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tak mampu untuk bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak menanggungku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu.

Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata'ala, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai maka dia berkata, "Rahmat telah dihadiahkan untukku, obat yang sangat bermanfaat dari Dzat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, "Telah disingkirkan keburukan dari sisiku."

Semoga Allah subhanahu wata'ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Amin.

Sumber: Mawaridul Aman al Muntaqa min Ighatsatil Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan, penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi.

sumber : alsofwah.or.id
Disampaikan oleh Sdr. Syafruddin Yahya @ Discussiion Board

Read more...

JANGAN BERSEDIH..

Jangan bersedih…
Karena qadha’ telah ditetapkan,
Takdir pasti terjadi,
Pena-pena telah mengering,
Lembaran-lembaran catatan ketentuanpun telah dilipat,
Dan semua perkara telah habis ditetapkan.
Betapapun, kesedihan Anda tidak akan mengajukan atau mengundurkan kenyataan yang akan terjadi
Dan tidak pula akan menambahkan atau menguranginya.

Jangan bersedih....
Sebab kesedihan itu akan mendorong Anda untuk menghentikan putaran roda zaman,
Mengikat matahari agar tak terbit,
Memutar jarum jam kembali ke masa lalu,
Berjalan ke belakang,
Dan membawa air sungai kembali ke sumbernya semula.

Jangan bersedih....
Sebab rasa sedih itu laksana angin puyuh yang hanya akan mengacaukan arah angin,
Membuat air bah dimana-mana,
Mengubah cuaca langit,
Dan menghancurkan bunga-bunga nan indah di taman.

Jangan bersedih…

Sebab orang yang bersedih itu ibarat seorang wanita yang mengurai pintalan tenun setelah kuat pintalannya,
Ibarat seorang yang meniup wadah yang berlubang,
Dan ibarat seseorang yang menulis di atas air dengan tangannya.

Jangan bersedih...
Sebab usia Anda yang sebenarnya adalah kebahagiaan dan ketenangan hati Anda.
Oleh sebab itu; jangan habiskan usia Anda dalam kesedihan,
Jangan boroskan malam-malam Anda dalam kecemasan,
Jangan berikan menit-menit Anda untuk kegundahan,
Dan jangan berlebihan dalam menyia-nyiakan hidup,
Sebab Allah tidak suka terhadap orang-orang yang berlebihan.

(Disadur dari Buku LA TAHZAN Karangan Dr. Sa'id Al-Qorni)

Read more...

KARENA KARUNIA DAN RAHMAT ALLAH...

Kita patut BERSYUKUR kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
apabila kita termasuk orang yang beriman dan beramal sholih,
serta terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.

Ternyata...
Apabila kita termasuk hamba yang beriman,
beribadah dan beramal sholeh, serta terhindar dari perbuatan keji dan mungkar,
itu semua bukan hanya karena KEMAUAN KITA saja,
Allah lah yang telah memberikan KARUNIA dan RAHMAT-Nya kepada kita,
Sehingga kita termasuk orang-orang yang selamat dari tipu daya SYAITAN,
yang selalu mengajak kepada kekufuran dan menyuruh melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Kalau bukan karena KARUNIA dan RAHMAT Allah kepada kita semua, niscaya tidaklah satu orangpun yang terbebas dari tipu daya syaitan selama-lamanya .

Firman Allah ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengikuti LANGKAH-LANGKAH SYAITAN.

Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,
maka sesungguhnya syaitan itu MENYURUH mengerjakan perbuatan yang KEJI dan yang MUNGKAR.

Sekiranya bukan karena KARUNIA Allah dan RAHMAT-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya TIDAK SEORANGPUN dari kamu BERSIH (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) SELAMA-LAMANYA,
tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. 24: 21)

Jadi marilah BERSYUKUR kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
dengan menggunakan seluruh NIKMAT, KARUNIA dan RAHMAT-Nya untuk mencari KERIDOAN-Nya agar Dia selalu melindungi kita dari tipu daya SYAITAN yang terkutuk.

From Kata2 Hikmah

Read more...

INILAH HAL TERBAIK YANG ALLOH BERIKAN..

Allah sebagai Pencipta dan Perancang kehidupan ini sungguh sudah berbuat yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Apapun yang terjadi, jangan sekali-kali berpikir negatif terhadap Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Dan Allah selalu berbuat sesuai dengan PRASANGKA Hamba-Nya.
Jadi berhati-hatilah dengan PRASANGKA Anda kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Karena PRASANGKA Anda kepada Allah adalah DO'A Anda kepada-Nya.
Karena Rasulullah bersabda :
"Allah sesuai PRASANGKA hamba-Nya..."

Berkenaan dengan hal tersubt ada cerita yang menarik dari Sdr. Choerudin El Chemeia di Discussion Board KKH yang bisa diambil Hikmahnya:

Suatu hari, seorang raja yang hobi berburu bersama penasihatnya yang bijak beserta para pengawalnya pergi ke hutan untuk berburu kijang. Namun pada saat berburu, terjadi sebuah kecelakaan. Ternyata sang penasihat secara tidak sengaja menembakkan anak panahnya ke arah sang raja sehingga jari kelingking raja tersebut terputus. Sang meminta maaf dan berkata, "Tuanku, inilah hal terbaik yang اللَّه berikan untuk Anda". Seketika itu pula sang raja muntab dan sang penasihat dipenjarakan. Sang penasihat pun berkata pada dirinya sendiri, "Inilah hal terbaik yang اللَّه berikan untuk saya".

Setelah beberapa lama, sang raja berkeinginan untuk kembali pergi berburu, namun kali ini tanpa penasihatnya, hanya ditemani para pengawalnya. Tetapi sungguh malang raja ini, ketika berburu, mereka bertemu dengan segerombolan manusia kanibal. Raja dan pengikutnya ditangkap dan ditawan untuk dijadikan makanan.

Satu per satu pengikut raja mati sebagai makanan manusia kanibal, raja semakin tegang karena tinggal ia sendiri yang masih selamat. Setelah saatnya tiba, ternyata sang raja dibebaskan. Karena ternyata manusia kanibal ini mempunyai kriteria untuk menjadikan manusia sebagai makanan, yakni manusia tersebut tidak boleh cacat. Betapa leganya ia karena tidak jadi mati.

Ia baru sadar, bahwa benarlah yang dikatakan oleh penasihatnya bahwa yang terjadi padanya adalah yang terbaik yang اللَّه berikan untuknya. Kemudian sang raja kembali menuju kerajaan dan menceritakan kejadian yang ia alami kepada sang penasihat. Raja berkata, "Sungguh, jikakalau tidak kelingkingku terkena panahmu, maka aku sudah menjadi santapan manusia kanibal itu". Lantas sang penasihat pun berkata, "Sungguh, jikakalau tidak aku dipenjarakan olehmu dan aku ikut berburu bersamamu, maka aku sudah menjadi santapan manusia kanibal itu". Kemudian keduanya tersenyum dengan senyum mengembang.

Allah berfirman:
" Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS 2:216)

Semoga kita selalu YAKIN bahwa Allah selalu BERBUAT YANG TERBAIK untuk kita.

From Kata2 Hikmah..

Read more...

Antara Dunia dan Akhirat

>> Tuesday, May 12, 2009

“Orang mulia tidak akan durhaka kepada Allah dan orang bijak tidak akan mengutamakan dunia daripada akhirat.” (Yahya bin Mu’adz*)

engutamaan dunia daripada akhirat dan prilaku maksiat adalah dua hal yang saling berhubungan. Kemuliaan dan kebijakan seseorang ditentukan sejauh mana dirinya mampu menghindari pengutamaan dunia atas akhirat dan prilaku kemaksiatan. Sebab, di dalam diri orang yang lebih mengutamakaan kehidupan dunia atas akhirat tumbuh kecenderungan yang kuat untuk merengkuh kenikmatan dunia dan mereguknya sepuas-puasnya tanpa mempedulikan akibat-akibatnya. Pemuasan kenikmatan dunia yang tidak terkendali hanya akan membiakkan kemaksiatan.

Tumbuhnya sikap lebih mengutamakan dunia atas akhirat dalam diri seseorang bermula dari kecintaannya kepada dunia yang tidak proporsional. “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS, al-Fajr [89]: 20).

Akibatnya, di dalam dirinya, terbentuk kecenderungan yang kuat untuk mementingkan urusan duniawi daripada urusan ukhrawi.

Kecenderungan itu kemudian menjadikan jiwanya lelah dikarenakan ia terus-menerus disibukkan oleh dunianya hingga berani meninggalkan kewajiban-kewajiban kemanusiaannya. Bahkan bisa jadi kecenderungannya itu mengkristal hingga membentuk orientasi hidupnya yang sarwa duniawi yang menyebabkan ia dilanda nestapa yang berkepanjangan.

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang pada pagi harinya menjadikan dunia ini kepentingannya yang utama, maka Allah akan melazimkan dalam hatinya tiga macam: (1) kerisauan yang tak putus-putusnya untuk selamanya, (2) kesibukan yang tak ada istirahatnya untuk selamanya, dan (3) rasa kefakiran yang tak ada ujungnya untuk selamanya.”(HR, Abu Laits).

Refleksi orientasi duniawi seseorang dapat diamati pada keinginannya yang berkobar-kobar untuk dapat mereguk kenikmatan dunia sepuas-puasnya. Padahal, menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, seperti diungkap kembali dalam kitab Mawa’izh al-Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailani, “minuman dan biusan dunia telah memabukkan dan memotong tangan dan kaki orang yang menggandrunginya. Ketika biusnya hilang, barulah ia sadar dan dapat melihat apa yang telah dilakukannya kepada dirinya.”

Demi mereguk kenikmatan dunia sepuas-puasnya manusia menggali dan mengembangkan ilmu pengtetahuan. Penggalain dan pengembangan ilmu pengtetahuan yang dilakukannya antara lain melahirkan teknologi yang dapat dijadikan alat dan sarana untuk merealisasikan kepuasannya dan memudahkan urusan hidupnya.

Seiring dengan kemudahan yang diraihnya, manusia semakin mudah pula melakukan eksploitasi kekayaaan alam hingga dirinya menjadi kaya dalam arti materi dan seolah-olah berkuasa atas dunia akan tetapi sejatinya miskin dan tidak berdaya secara nilai. Secara praktis bahkan ia dikendalikan oleh berbagai bentuk struktur ilmiah-tekno-ekonomis dan dicengkeram oleh komputerisasi yang diciptakannya sendiri. Dalam banyak kasus hal itu telah meneggelamkan kemuliaan kemanusiaan serta memusnahkan kebajikan dan kebijakannya.

Memang, penggalian, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekonologi yang tidak etis akan memuaskan nafsu manusia dalam satu sisi namun di sisi lain menenggelamkan kehidupan dalam lumpur kemaksiatan. Pada kenyataannya, teknologi yang tidak dikendalikan secara etis akan melahirkan kerusakan total terhadap alam dan lingkungan.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS, Rum [30]: 41). Selain itu, dan ini yang lebih parah, dapat menghilangkan hakikat manusia itu sendiri, yaitu fithrahnya yang hanif.

Ketika seseorang telah kehilangan martabat dan kemuliaannya, maka kecenderungan melakukan maksiat dan berbuat dosa semakin tidak akan dapat dibendung. Bahkan kemaksiatan akan menjadi arus utamanya yang menyebabkan dirinya, diluar kemauannya, terdampar di dunia dengan kondisi ketidakberdayaan dan kemerosotan kemanusiaan. Akibatnya eksistensinya tidak autentik lagi disebabkan telah kehilangan kemuliaan dan kebijakannya. Sayyidina Ali Ra berkata, "Barangsiapa yang menyembah dunia dan mengutamakannya di atas akhirat, akan mendapat akibat yang buruk".

Untuk mengatasinya setiap diri harus membuka diri bagi suara hatinya yang paling dalam. Suara hati dapat mengingatkan manusia dari kelalainnya terhadap dirinya sehingga ia kembali menjadi manusia yang sejatinya.

Allah Swt mengingatkan, "Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi" (QS, al-Najm [53]: 29).

Iman Syafi’i dalam syairnya mengetuk pintu hati manusia agar kembali menyadari hakikat dunia, tempat kita bergumul sementara, “Wahai orang yang gandrung dunia, ingatlah dunia ini tidak kekal. Sore dan pagi dating silih berganti.” Wallahu A’lam.

* Yahya bin Mu'azd, Abu Zakariya (meninggal 258 H) adalah seorang penceramah yang dikenal sangat zuhud yang tidak ada tandingannya di zamannya. Ia penduduk al-Rayy meskipun kemudian ia menetap di Balukh dan meninggal di Naisabur. Banyak kata-kata hikmah yang disusunnya yang berisi penekanan-penekanan tentang pentingnya kezuhu dan dan kewara'an. Selain itu kata-kata hikmah yang disusunnya begitu tajam dan menyentuh hati. Misalnya,

من خان الله فى السر، هـتك الله ستره فى العلانية

"Barangsiapa yang mengkhianati Allah dalam keadaan tersembunyi, maka Allah akan membukakan tabir pengkhianatannya dalam keadaan terang-terangan."

Ustadz Abu Ridha -Era Muslim

Read more...

JIKA ALLAH MENARIK PERHATIAN KITA

Dikisahkan, seorang mandor bangunan sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat.
Suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya.
Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya,
agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan.
Karena suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising,
tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang Mandor.
Meskipun sudah berusaha berteriak lebih keras lagi,
usaha sang mandor tetaplah sia-sia saja.

Akhirnya untuk menarik perhatian,
mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya.
Tukang yang bekerja dibawahnya begitu melihat koin uang di depannya,
berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu,
lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam,
tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak keatas.

Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain,
ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada dibawahnya.
Karena merasa sakit kejatuhan batu,
pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu.
Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja dilantai bawahnya.

Sahabat yang baik, untuk menarik perhatian kita manusia sebagai hambaNya,
Allah seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan,
maupun kadangkala dengan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan.
Allah seringkali menjatuhkan "koin uang" atau memberikan kemudahan rejeki yang berlimpah kepada kita manusia,
agar mau mendongak keatas,
mengingatNya,
menyembah-Nya,
mengakui kebesaran-Nya
dan lebih banyak bersyukur atas rahmat-Nya.
Tuhan seringkali memberikan begitu banyak berkat, rahmat dan kenikmatan setiap harinya kepada kita manusia,
agar kita mau menengadah kepada-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya.
Namun, sayangnya seringkali hal itu tidak cukup membuat kita manusia untuk mau mendongak keatas,
mengingat kebesaran-Nya,
menengadah kepada-Nya,
mengagungkan nama-Nya
dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Karena itu, kadang-kadang Tuhan menggunakan pengalaman-pengalaman menyakitkan,
seperti musibah,
kegagalan,
rasa sakit,
kelaparan
dan berbagai pengalaman menyakitkan lainnya untuk menarik perhatian manusia agar mau mendongak keatas.
Menarik perhatian untuk mau menengadah kepada-Nya,
menyembah kepada-Nya,
mengakui kebesaran-Nya
dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Dengan demikian, pengalaman-pengalaman menyakitkan yang kadang kala diterima manusia,
hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian kita.
Hendaknya hal itu membuat kita semakin mempererat hubungan dengan Allah atau "habl min Allah."
Hendaknya hal itu mengajarkan kita untuk mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah,
dan menyadarkan kita adalah makhluk-Nya yang sangat lemah dan tidak berdaya.

Sahabat yang baik, sudah begitu banyaknya rahmat dan berkah Allah senantiasa mengalir setiap detiknya kepada kita semua manusia.
Seperti memiliki pekerjaan yang baik,
memiliki kesehatan yang kita rasakan,
kelengkapan panca indra yang menopang kehidupan kita,
mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari,
keluarga yang bahagia yang kita miliki dan lain sebagainya.
Semua itu sesungguhnya adalah rahmat dan berkah dari Allah SWT yang tak ternilai harganya.
Kini apakah Anda akan segera menengadahkan wajah kepada-Nya, ataukah menunggu Allah menjatuhkan "batu" kepada kita ?.

Firman Allah:
Dan apabila Kami memberikan NI'MAT kepada manusia, ia BERPALING dan MENJAUHKAN DIRI; tetapi apabila ia ditimpa MALAPETAKA maka ia banyak BERDO'A. (QS. 41:51)

Wassalam

Sumber : http://argatikel.blogspot.com/search/label/Motivasi

Read more...

GARAM & TELAGA

>> Friday, May 8, 2009

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air mukanya ruwet.
Tamu itu emang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.
Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama.
Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
“Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya”,ujar Pak Tua.
“Pahit. Pahit sekali,”jawab sang tamu sambil meludah ke samping.
Pak Tua sedikit tersenyum.
Lalu ia mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.
Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang.
Pak Tua lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk hingga membuat riak air yang mengusik ketenangan telaga.
“Coba ambil air telaga ini dan minumlah!”
Saat tamu itu selesai meneguk air telaga,
Pak Tua berkata lagi,”Bagaimana rasanya?”
“Segar,”sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” Tanya Pak Tua lagi.
“Tidak,”jawab si anak muda.
Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda.
Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, dan bersimpuh di samping telaga.
“Anak muda, dengarlah! Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang.
Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.
Itu semua bergantung pada HATI kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.
LAPANGKANLAH DADAMU menerima semuanya.
LUASKANLAH HATIMU untuk menampung setiap kepahitan itu.

Pak Tua lalu kembali memberikan nasehat,
“Hatimu adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas,
buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan
dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang.
Mereka sama-sama belajar hari itu.
Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang datang padanya dengan membawa keresahan jiwa.
(Oleh Pandu Dewanata @ Discussion Board)

Read more...

PERJUANGAN KUPU-KUPU..

(Oleh Elvi Zuhailina @ Discussion Board)

Seorang anak sedang bermain-main dan menemukan kepompong kupu-kupu disebuah dahan pohon yang rendah.
Diamatinya kepompong tersebut dan tampak ada lobang kecil disana.
Dia tertegun mengamati lubang kecil itu karena terlihat ada seekor kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar membebaskan diri melalui lubang tersebut.
Lalu tampak kupu-kupu itu berhenti mencoba, dia kelihatan sudah berusaha semampunya dan tampak sia-sia untuk keluar melalui lubang kecil diujung kepompongnya.

Melihat kejadian itu si anak menjadi iba dan mengambil keputusan untuk membantu si kupu-kupu untuk keluar dari kepompongnya.
Diapun mengambil gunting, lalu mulai membuka badan kepompong dengan guntingnya agar sang kupu-kupu bisa keluar dengan bebas dan leluasa.

Begitu kepompong terbuka , kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya.
Akan tetapi ia masih memiliki tubuh gembung dan kecil, sayap- sayapnya tampak masih berkerut.
Anak itupun mulai mengamatinya lagi dengan seksama sambil berharap sayap kupu- kupu tersebut berkembang sehingga bisa membawa kupu- kupu mungil tadi terbang menuju bunga- bunga yang ada ditaman.

Harapan tinggal harapan , apa yang ditunggu- tunggu si anak tidak kunjung tiba.
Kupu-kupu tersebut terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap yang masih mengkerut serta tidak terbentang dengan sempurna.
Kupu-kupu itu akhirnya tidak pernah mampu terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan anak tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu- kupu untuk melewati lubang kecil tersebut adalah CARA TUHAN untuk memaksa cairan dari kupu- kupu itu masuk kedalam sayap -sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

"HIDUP adalah PERJUANGAN.
HIDUP adalah KERJA KERAS,
bahkan untuk meraih keberhasilan diperlukan KERINGAT dan AIR MATA".

Kadang PERJUANGAN adalah yang kita BUTUHKAN dalam hidup kita.
Jika Tuhan membiarkan kita hidup TANPA HAMBATAN, itu mungkin malah MELUMPUHKAN kita.
Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu.
Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.
Tidak ada yang instan,
Semua melalui proses yang sudah ada dalam kehidupan.
Setiap tapak kehidupan yang sudah dilalui akan memberi makna yang luar biasa
bagi seseorang untuk melewati tapak kehidupan berikutnya.
Pengalaman-pengalaman suka dan duka akan memberikan seni tersendiri dalam mewarnai kehidupan kita yang sebentar ini.
Jika kita kembali kepada kisah kupu- kupu ,
mungkin kita baru mengerti bahwa seekor kupu- kupu yang cantik ternyata baru bisa terbang dengan indahnya setelah melalui perjuangan yang cukup berat dalam proses metamorfosis yang luar biasa hebatnya.

Jika seseorang ingin terbang dengan kompetensi yang memadai tentu harus melalui perjuangan yang berat.
Kompetensi seseorang dinilai dari apa yang telah DILAKUKANNYA, bukan dari apa yang diucapkannya.
Kompetensi seseorang dinilai dari PENGALAMAN-PENGALAMAN yang telah dialaminya,
bukan sekedar perencanaan yang tertulis diatas kertas.
Layaknya seekor kupu- kupu kehidupan manusia pun tidak hanya mengikuti siklus kehidupan yang sudah ada,
namun harus berani mengambil titik balik kearah yang lebih baik lagi. (dari ulat menjadi kepompong lalu kupu-kupu)

Perubahan pertama yang memungkinkan kita untuk terbang tinggi adalah PERUBAHAN PARADIGMA (perubahan cara berpikir) dan cara pandang.
Bagaimana CARA kita MEMANDANG kehidupan ini, bagaimana cara kita memandang permasalahan yang dihadapi, akan sangat menentukan bagaimana kita melalui hari- hari kita selanjutnya.

Jika selalu memandang negatif dan terus mengeluh tentu akan membuat sikap mental kita menjadi lebih buruk.
Sebaliknya jika disikapi dengan optimis dan penuh harapan, maka proses pembelajaran akan berlansung lebih baik.
Perubahan pikiran ini selanjutnya akan diikuti dengan PERUBAHAN PERASAAN yang selanjutnya membuahkan PERUBAHAN PERILAKU.

Read more...

LIFE LEARNING..

Sesuatu yang Baik, BELUM TENTU Benar.
Sesuatu yang Benar, BELUM TENTU Baik.
Sesuatu yang Bagus, BELUM TENTU Berharga.
Sesuatu yang Berharga/Berguna, BELUM TENTU Bagus.

PIKIRAN dan MULUT Merupakan Suatu Kombinasi.
Semakin Banyak kita Berbicara Tentang DIRI SENDIRI,
Semakin Banyak pula Kemungkinan Kita untuk BERBOHONG.
Jika kita Tidak Bisa menjadi Orang Pandai, JADILAH ORANG YANG BAIK.

LIDAH kita yang Menentukan SIAPA KITA.
Jika Kejahatan di balas Kejahatan, maka itu adalah DENDAM.
Jika Kebaikan dibalas Kebaikan itu adalah PERKARA BIASA.
Jika Kebaikan dibalas Kejahatan, itu adalah ZALIM.
Tapi jika Kejahatan dibalas Kebaikan, itu adalah MULIA dan TERPUJI.

Sesungguhnya sebagian Perkataan Itu Ada yang Lebih Keras dari Batu,
Lebih TAJAM dari Tusukan JARUM,
Lebih PAHIT daripada JADAM dan Lebih PANAS daripada BARA.
Sesungguhnya HATI adalah LADANG,
maka Tanamlah Ia dengan Perkataan yang Baik, karena
jika Tidak Tumbuh Semuanya (Perkataan yang Tidak Baik)
niscaya TUMBUH sebagiannya.

Nasihat yang Baik Tidak Pernah Datang Terlambat.

IRI HATI yang Ditunjukan kepada Seseorang akan MELUKAI DIRI SENDIRI.
Kita Cuma Bisa HIDUP SEKALI SAJA DI DUNIA,
tetapi jika kita Hidup dengan Benar, Sekali Saja Sudah CUKUP.

Jika kita Tidak Memulai Hari Ini dengan Senyuman,
Belum Terlambat untuk Mencobanya Pada Hari Esok.

Seorang TEMAN SEJATI Akan Membuat kita Hangat dengan KEHADIRANNYA,
MEMPERCAYAI akan Rahasianya dan MENGINGAT kita dalam DOA-doanya.
Doa Memberikan KEKUATAN pada Orang yang LEMAH,
MEMBUAT Orang Tidak Percaya Menjadi Percaya dan
MEMBERIKAN Keberanian pada Orang yang KETAKUTAN.
Jika kita berbuat Baik, Kebaikan pula yang Akan Kita Terima Kelak.

PERSAHABATAN SEJATI Layaknya KESEHATAN,
Nilainya Baru kita SADARI Setelah kita KEHILANGANNYA.
Seorang Sahabat adalah yang Dapat MENDENGARKAN "Lagu" di dalam HATI kita
dan Akan MENYANYIKAN Kembali tatkala kita Lupa akan Bait-baitnya.
Bertemanlah dengan Orang yang Suka akan KEBENARAN.
Dialah HIASAN Dikala Kita Senang dan Perisai diwaktu kita Susah.

Namun kita Tidak Akan Pernah Memiliki seorang Teman,
jika kita Mengharapkan Seseorang tanpa Kesalahan.
Karena Semua Manusia itu Baik,
kalau kita Bisa MELIHAT KEBAIKANNYA dan MENYENANGKAN kalau
kita bisa Melihat KEUNIKANNYA,
tapi Semua Manusia itu Akan BURUK dan MEMBOSANKAN kalau
kita TIDAK BISA MELIHAT KEDUANYA.

Kenangan Indah Masa Lalu HANYA untuk DiKENANG, Bukan untuk diINGAT-ingat.
Rasa TAKUT Bukanlah Untuk diNIKMATI, tetapi Untuk diHADAPI.
Orang Bijaksana Selalu MELENGKAPI KEHIDUPANNYA Dengan Banyak PERSAHABATAN.

Hiduplah Sesuka Hati kita, Sesungguhnya kita Pasti Mati.

Cintai siapa saja yang kita senangi,
sesungguhnya kita pasti akan berpisah dengannya.

Lakukan apa saja yang kita kehendaki,
sesungguhnya kita akan memperoleh balasannya.

KEMARAHAN Hanyalah Satu Kata yang Dekat dengan BAHAYA.

Pikiran yang Besar Membicarakan Ide-ide ;
Pikiran yang Rata-rata Membicarakan Kejadian-kejadian ;
Dan Pikiran yang Kerdil Membicarakan Orang-orang.

Tak Seorang pun Sempurna tetapi Manusia adalah Mahluk yang Paling Sempurna.
Mereka yang Mau BELAJAR dari KESALAHAN adalah BIJAK.
Menyedihkan Melihat Orang Berkeras bahwa
mereka benar meskipun Terbukti Salah.

Bila kita Mengisi Hati kita dengan PENYESALAN untuk MASA LALU dan
Kekhawatiran untuk Masa Depan, kita Tak Memiliki hari ini untuk kita Syukuri.

Sekali Tidak Berhasil Bukan Berarti Gagal Selamanya.
KEBAHAGIAAN TAKKAN PERNAH BISA DIBELI DENGAN UANG.

BELAJARLAH DARI KESALAHAN ORANG LAIN.
kita Tidak Dapat Hidup Cukup Lama untuk
Mendapatkan Semua Itu dari Dirimu Sendiri.

"Smart People Learn From Their Own Mistakes.
Smarter People Learn From The Mistakes of Others.
A Champion is Someone Who AALWAYS TRY to Get Up Even When He/She Can't."

UBAHLAH APA YANG MASIH BISA DIUBAH.
TERIMALAH APA YANG MEMANG SUDAH TIDAK BISA DIUBAH.
HINDARKAN DIRI DARI HAL-HAL YANG
BERPOTENSI MENDATANGKAN PERUBAHAN BURUK.

*KV-24/04/09*

Read more...

HIDUP SEPERTI AIR MENGALIR?

Kebanyakan diantara kita dalam menyikapi hidup ada yang berpendapat bahwa hidup seperti AIR MENGALIR saja...
Nanti...? ya bagaimana nanti aja...

Saudaraku...
Sebenarnya air mengalir sunnatullahnya mencari temmpat yang lebih RENDAH, tidak pernah air secara alami mencari tempat yang LEBIH BAIK, bahkan dia pada akhirnya akan berkumpul ke tempat yang KOTOR...

Padahal Allah telah memberikan POTENSI yang LUAR BIASA dan WAKTU kepada setiap manusia…baik dia seorang yang BIASA saja ataupun orang-orang yang LUAR BIASA yang berperan besar dalam kehidupan ini...

Jadi Saudaraku....
Hari ini harus LEBIH BAIK dari hari kemarin
Sangat MERUGI kalau hari ini SAMA dengan kemarin
Dan sungguh CELAKA kalau hari ini kita LEBIH JELEK dari hari kemarin

Hidup harus punya TARGET dan PROGRAM yang jelas
Hidup adalah PERJUANGAN mengukir SEJARAH

Firman Allah:
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang MENDAKI lagi SUKAR?”
(QS 90:10-11)

Makanya Rasulullah saw bersabda;
SEBAIK-BAIK manusia adalah yang PALING BERMANFAAT untuk manusia lain.

Read more...

ANDA adalah ANDA

Jika ada satu teori yang sangat saya mutlakkan kebenarannya, adalah premis dari Rasulullah SAW, bahwa MUSUH TERBESAR MANUSIA ADALAH DIRINYA SENDRI.

Karena hanya diri saya sendiri, hanya mengatakan bahwa saya tidak pantas mendapatkan perlakuan yang baik dari kekasih saya.

Karena hanya diri saya sendiri yang terus mencari-cari saat, kapan kekasih saya akan menyakiti, lalu ia akan berkata, “Nah! Apa saya bilang.”

Karena hanya diri saya sendiri, yang menghujat terus menghujat kegagalan saya mencapai target pekerjaan hari ini.

Karena hanya diri saya sendiri, yang berteriak kencang bahwa saya tidak akan pernah menjadi istri yang baik.

Karena hanya diri saya sendiri, yang tak berhenti memarahi saya sebab tak juga mencapai ekspektasi profesi yang direncanakan.

Karena hanya diri saya sendiri, yang memaki-maki bahwa seumur hidup, saya tidak akan menjadi ibu yang penyayang dan tidak akan ada keluarga yang hangat untuk saya.

Karena hanya diri saya sendiri, yang menyatakan bahwa hidup saya akan dihabiskan secara ironis dengan melupakan impian dan secara heroik akan mengorbankan diri untuk kepentingan orang lain.

Karena hanya diri saya sendiri, yang terang-terang meledek bahwa sikap kaku dan dingin saya sifatnya permanen.

Karena hanya diri saya sendiri, yang menguak kembali satu persatu alasan mengapa saya pantas dikhianati.

Karena hanya diri saya sendiri, yang bisa mengemukakan dengan begitu seringnya penjelasan-penjelasan logis dan rasional yang akan bulat-bulat saya telan, dan percaya pada semua hal diatas.

Tapi di satu titik ada rasa marah dan muak yang luar biasa terhadap setan di kepala, dan saya sadar semuanya hanya masalah frekuensi.

Penjelasan rasional dan logis tidak selalu tunggal. Di kala ada penjelasan negatif, ada juga penjelasan positif. Mata uang selalu punya dua sisi.

Di kala saya bilang saya tidak akan punya keluarga yang hangat karena saya dibesarkan dalam keluarga yang dingin, sebenarnya saya bisa menjawab, ”Setiap orang punya kesempatan untuk merubah hidupnya.”

Di kala saya bilang saya tidak akan menjadi ibu yang baik dan keluarga yang hangat hanya ilusi, sebenarnya saya bisa melawan, ”Mengapa tidak bisa? Saya bisa belajar bersikap hangat, belajar memasak, belajar mengurus anak, belajar caranya belanja. Bukankah yang terpenting adalah memandang masa depan dengan solusi, bukannya meratapi masa lalu?”

Dan di kala saya bilang saya tidak pantas mendapat perlakuan sebaik ini dari kekasih saya, sebenarnya saya bisa dengan lantang berkata, ”Salah besar. Saya pantas. Karena saya memang berharga.”

Stephen J.Losier, Stephen Covey, Rhonda Byrne, Karim Hajee, Erbe Sentanu dan Rasulullah – yang sudah mendahului mereka semua dalam berteori – berkata benar bahwa karakter adalah masalah habit (kebiasaan). Kebiasaan mengulang pikiran negatif, akan menghasilkan karakter serupa. Sejalan dengan itu, kebiasaan mengulang pikiran positif, akan menghasilkan karakter yang optimis.
(Dari sebuah Milis)

Read more...

Jatidhiri Jawi ingkang sejati

>> Friday, May 1, 2009

Jatidhiri Jawi menika nyakup tuwin ngukup perangan ingkang tebanipun jembar sanget.
Underaning prekawis kawengku ing jagad Jawi ingkang arupi tradhisi, filsafat, aksara, basa, susastra, tuwin budaya Jawi. Jatidhiri Jawi saget dipundhudhah saking sujarah Jawi ing jaman purwanipun. Tukipun wonten ing susastra Jawi ingkang kaserat dening mpu tuwin pujangga minangka pandam pandoming dumadi.

Gumelaring jagad Jawi wonten ing wayang purwa (ingkang amurwa kandha) wonten ing lampahan Manikmaya. Lampahan Manikmaya hanggelar bebadranipun Hyang Antaga, Hyang Ismaya, miwah Hyang Manikmaya minangka caraka ingkang badhe nindakaken darma memayu hayuning bawana. Ciri-ciri Jawi kathah pinanggih wonten ing susastra Jawi ingkang dipungelar wonten ing jagad pewayangan. Kajawi menika jatidhiri Jawi mboten saget uwal saking gegebengan utawi kapitadosan ing tlatah kejawen. Ing jagad kejawen dipunpitados wonten-ipun Sang Pamomong ingkang tansah momong lan ngemong tanah Jawi. Wonten ing jagad pewayangan paraga Semar kapiji minangka pamonging satriya hambeg utami anggenipun badhe merangi watak-watak durangkara.

Ciri-ciri tuwin jatidhiri Jawi kathah pinanggih wonten ing filsafat Jawi. Filosofi Jawi nuntun dhateng ngelmu sangkan paraning dumadi. Pramila lajeng mbabar pangawikan ingkang sambet kaliyan Gusti-kawula utawi kawula-Gusti. Jejering kawula kedah eling, kumawula, ngabekti tuwin manembah dhateng Gustinipun. Kanthi menika jatidhiri Jawi ingkang sejati sambet kaliyan alam hakekat ing jagad kejawen. Pramila lajeng wonten wos utawi suraos wonten ing ngelmu pangawikan manunggaling kawula-Gusti. Jatidhiri Jawi ugi nyakup perangan ingkang kasat mata wiwit tlatah Banten, Pasundan, pesisir kilen dumugi pesisir wetan, tlatah Kedu, Magelang, Banyumas, Ngayogyakarta, Surakarta, dumugi tlatah Blambangan. Kalebet ing ngriki ardi Tidar minangka pakuning Tanah Jawi. Tlatah Ngayogyakarta lan Surakarta sinebat negari gung amargi wontenipun karaton minangka punjering budaya Jawi ingkang adi luhung miwah adi luhur.

Budaya Jawi kasebat adi luhung amargi mengku perangan budaya ingkang nuntun dhateng kaendahaning bebrayan. Pramila lajeng mbabar prasetya wonten ing sesanti: Memayu hayuning bawana, memayu hayuning jagad, memayu hayuning nusa bangsa, miwah memayu hayuning sasama. Budaya Jawi hanggadhahi ciri-ciri adi luhung amargi mengku pangawikan ingkang tumuju dhateng kawaskithan, kawiryan, kawicaksanan, kaluhuran tuwin kasampurnaning gesang.
Kathah sanget wedharan susastra Jawi ingkang caket tuwin raket kaliyan ingkang murba lan masesa jagad. Kalebet ing ngriki jagad cilik (mikro kosmos) tuwin jagad gedhe (makro kosmos). Filsafat Jawi dipunngendikakaken langkung jangkep katimbang filsafat kilen (Barat) ingkang underanipun wonten ing kawicaksanan.

Jatidhiri Jawi ugi katingal saking filsafat Jawi ingkang langkung onja katimbang filsafat ing tlatah sanesipun. Menapa kemawon ingkang dumados ing tanah Jawi wiwit brang kilen dumugi tlatah brang wetan saget dados titikan minangka Jatidhiri Jawi ingkang maneka warni. Ing saben tlatah pinanggih ciri-ciri budaya ingkang mboten sami kaliyan tlatah sanesipun. Sesanti adikaryanipun Mpu Tantular wonten ing kitab Sutasoma inggih menika: Bhinneka Tunggal Ika saget dipunwastani minangka jatidhiri Jawi ingkang sejati.

Samangke, sesanti Bhinneka Tunggal Ika sampun manunggal minangka jatidhiri Nuswantara tuwin inukir wonten lambang nagari peksi Garudha. Kanthi menika, Pancasila ingkang nyawiji kaliyan peksi Garudha saget dipunwastani minangka jatidhiri Jawi ingkang lajeng dipunkukuhaken minangka dhasar miwah falsafah negari.

::Dening: Dening: Ki Sutadi, Pangarsa Pepadi Jawa Tengah::

Read more...

Total Pageviews

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP